ALKISAH, pada zaman dahulu kala
seorang putri cantik bernama Sinta Dewi memesona Pangeran Kidang Garungan.
Pangeran berniat mempersunting Sinta Dewi. Gayung pun bersambut, Sinta Dewi
menerima lamaran Pangeran Kidang. Padahal, Sinta Dewi belum pernah berjumpa
dengan pangeran. Ketika rombongan pangeran tiba di istana Sinta Dewi,
terbelalaklah sang putri. Pangeran Kidang bukan pangeran gagah perkasa dan
tampan, melainkan seorang pangeran dengan kepala kijang. Sinta Dewi yang
telanjur menerima lamaran itu kecewa. Kalau perempuan zaman modern meminta disediakan
rumah dan mobil kepada calon suaminya, Sinta Dewi meminta Pangeran Kidang
membuat sebuah sumur. Alasannya, penduduk di kerajaan Sinta Dewi sulit
mendapatkan air. Sumur itu harus selesai dalam satu malam saja. Pangeran Kidang
pun menyanggupi permintaan tersebut. Dia lalu menggali sumur. Kidang terus
menggali dan menggali. Dari atas bibir sumur, pengawal dan dayang-dayang Sinta
Dewi malahan menimbunnya. Pangeran kesal dan marah. Sebelum tewas, dia
mengucapkan sumpah bahwa keturunan Sinta Dewi akan berambut gimbal. Hingga kini
masih ditemukan anak-anak berambut gimbal di kawasan Dieng. Rambut gimbal
adalah rambut yang tidak dapat disisir sehingga menumpuk tidak terawat. Umumnya
mereka berambut gimbal hingga berusia enam tahun. Uniknya, rambut itu tidak
boleh dipotong sebelum si anak menyatakan keinginannya untuk potong rambut.
Seiring dengan keinginan memotong rambut, ada keinginan anak yang unik,
misalnya meminta upacara dengan membagikan 2.000 jeruk, atau meminta diambilkan
sisa-sisa padi dari sawah tertentu. Jika orangtua sembarangan memotong rambut
gimbal itu tanpa upacara, anak jatuh sakit. Setelah memotong rambut, rambut
akan tumbuh normal seperti rambut anak lainnya. Asap mengepul dari
kejauhan.(KOMPAS/ANASTASIA JOICE) Setiap bulan Agustus atau bulan Sura dalam
kalender Jawa dilakukan upacara pemotongan rambut gimbal massal di pelataran
Candi Arjuna. Maklumlah, biaya upacara pemotongan rambut tidak sedikit sehingga
biaya akan dihemat dengan memotong rambut beberapa anak sekaligus. Kawah
belerang Legenda asal muasal rambut gimbal itu menjadi bumbu di tempat wisata
kawah Sikidang, Dieng, Jawa Tengah. Kawah Sikidang menjadi salah satu tujuan
wisata di Dieng. Waktu berkunjung yang paling nyaman adalah pada pagi hari
sebelum matahari meninggi. Mendekati kawah itu, bau belerang tercium
samar-samar. Di tempat parkir sudah ada beberapa anak menawarkan masker dengan
harga Rp 1.000. Lumayanlah untuk membantu mengurangi bau belerang tersebut.
Tiket masuk ke kawah Sikidang ini dijual satu paket dengan tempat wisata lain,
seperti kompleks Candi Arjuna seharga Rp 10.000 per orang. Dataran tinggi Dieng
terletak di dua kabupaten berbeda, yaitu Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten
Wonosobo. Pengelolaan tempat wisata juga dilakukan oleh dua kabupaten berbeda.
Jadi, setelah ke kawah Sikidang, kita tinggal menunjukkan potongan tiket jika
ingin masuk ke kawasan Candi Arjuna. Mulut kawah Sikidang tidak terlalu jauh
dari tempat parkir mobil. Jalan setapak yang menghubungkan tempat parkir dengan
mulut kawah hanya berupa jalan kecil yang kanan kirinya terdapat lubang kecil
dan mengeluarkan asap hangat. Semakin mendekat ke kawah, bau belerang semakin
terasa. Kawah itu tidak terlalu besar, hanya berdiameter sekitar empat meter
yang dikelilingi pagar bambu. Air belerang di kawah terus meletup, menguarkan
asap tebal. Beberapa anak muda menghampiri penjual belerang.(KOMPAS/ANASTASIA
JOICE) Di bibir kawah, ada beberapa orang ibu yang berjualan bongkahan
belerang. Satu bongkah belerang dibanderol seharga Rp 10.000. Belerang ini
berkhasiat untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit kulit. Selain berjalan
kaki di seputar kawah Sikidang, kita juga dapat menyewa sepeda. Beberapa kios
di dekat tempat parkir menyiapkan sepeda mulai dari sepeda anak hingga sepeda
dewasa. Matahari semakin tinggi, kawasan kawah Sikidang terasa semakin panas.
Mungkin sepanas dendam Pangeran Kidang Garungan dahulu. (Joice Tauris Santi)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Asal Muasal Legenda Rambut Gimbal", https://travel.kompas.com/read/2014/10/04/084500227/Asal.Muasal.Legenda.Rambut.Gimbal.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Asal Muasal Legenda Rambut Gimbal", https://travel.kompas.com/read/2014/10/04/084500227/Asal.Muasal.Legenda.Rambut.Gimbal.
ALKISAH, pada zaman
dahulu kala seorang putri cantik bernama Sinta Dewi memesona Pangeran
Kidang Garungan. Pangeran berniat mempersunting Sinta Dewi. Gayung pun
bersambut, Sinta Dewi menerima lamaran Pangeran Kidang. Padahal, Sinta
Dewi belum pernah berjumpa dengan pangeran.
Ketika rombongan pangeran tiba di istana Sinta Dewi, terbelalaklah sang
putri. Pangeran Kidang bukan pangeran gagah perkasa dan tampan,
melainkan seorang pangeran dengan kepala kijang.
Sinta Dewi yang telanjur menerima lamaran itu kecewa. Kalau perempuan
zaman modern meminta disediakan rumah dan mobil kepada calon suaminya,
Sinta Dewi meminta Pangeran Kidang membuat sebuah sumur. Alasannya,
penduduk di kerajaan Sinta Dewi sulit mendapatkan air. Sumur itu harus
selesai dalam satu malam saja.
Pangeran Kidang pun menyanggupi permintaan tersebut. Dia lalu menggali
sumur. Kidang terus menggali dan menggali. Dari atas bibir sumur,
pengawal dan dayang-dayang Sinta Dewi malahan menimbunnya. Pangeran
kesal dan marah. Sebelum tewas, dia mengucapkan sumpah bahwa keturunan
Sinta Dewi akan berambut gimbal.
Hingga kini masih ditemukan anak-anak berambut gimbal di kawasan Dieng.
Rambut gimbal adalah rambut yang tidak dapat disisir sehingga menumpuk
tidak terawat.
Umumnya mereka berambut gimbal hingga berusia enam tahun. Uniknya,
rambut itu tidak boleh dipotong sebelum si anak menyatakan keinginannya
untuk potong rambut.
Seiring dengan keinginan memotong rambut, ada keinginan anak yang unik,
misalnya meminta upacara dengan membagikan 2.000 jeruk, atau meminta
diambilkan sisa-sisa padi dari sawah tertentu.
Jika orangtua sembarangan memotong rambut gimbal itu tanpa upacara, anak
jatuh sakit. Setelah memotong rambut, rambut akan tumbuh normal seperti
rambut anak lainnya.
Asap mengepul dari kejauhan.(KOMPAS/ANASTASIA JOICE)
Setiap bulan Agustus atau bulan Sura dalam kalender Jawa dilakukan
upacara pemotongan rambut gimbal massal di pelataran Candi Arjuna.
Maklumlah, biaya upacara pemotongan rambut tidak sedikit sehingga biaya
akan dihemat dengan memotong rambut beberapa anak sekaligus.
Kawah belerang
Legenda asal muasal rambut gimbal itu menjadi bumbu di tempat wisata
kawah Sikidang, Dieng, Jawa Tengah. Kawah Sikidang menjadi salah satu
tujuan wisata di Dieng. Waktu berkunjung yang paling nyaman adalah pada
pagi hari sebelum matahari meninggi.
Mendekati kawah itu, bau belerang tercium samar-samar. Di tempat parkir
sudah ada beberapa anak menawarkan masker dengan harga Rp 1.000.
Lumayanlah untuk membantu mengurangi bau belerang tersebut.
Tiket masuk ke kawah Sikidang ini dijual satu paket dengan tempat wisata
lain, seperti kompleks Candi Arjuna seharga Rp 10.000 per orang.
Dataran tinggi Dieng terletak di dua kabupaten berbeda, yaitu Kabupaten
Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo. Pengelolaan tempat wisata juga
dilakukan oleh dua kabupaten berbeda. Jadi, setelah ke kawah Sikidang,
kita tinggal menunjukkan potongan tiket jika ingin masuk ke kawasan
Candi Arjuna.
Mulut kawah Sikidang tidak terlalu jauh dari tempat parkir mobil. Jalan
setapak yang menghubungkan tempat parkir dengan mulut kawah hanya berupa
jalan kecil yang kanan kirinya terdapat lubang kecil dan mengeluarkan
asap hangat.
Semakin mendekat ke kawah, bau belerang semakin terasa. Kawah itu tidak
terlalu besar, hanya berdiameter sekitar empat meter yang dikelilingi
pagar bambu. Air belerang di kawah terus meletup, menguarkan asap tebal.
Beberapa anak muda menghampiri penjual belerang.(KOMPAS/ANASTASIA JOICE)
Di bibir kawah, ada beberapa orang ibu yang berjualan bongkahan
belerang. Satu bongkah belerang dibanderol seharga Rp 10.000. Belerang
ini berkhasiat untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit kulit.
Selain berjalan kaki di seputar kawah Sikidang, kita juga dapat menyewa
sepeda. Beberapa kios di dekat tempat parkir menyiapkan sepeda mulai
dari sepeda anak hingga sepeda dewasa.
Matahari semakin tinggi, kawasan kawah Sikidang terasa semakin panas.
Mungkin sepanas dendam Pangeran Kidang Garungan dahulu. (Joice Tauris
Santi)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Asal Muasal Legenda Rambut Gimbal", https://travel.kompas.com/read/2014/10/04/084500227/Asal.Muasal.Legenda.Rambut.Gimbal.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Asal Muasal Legenda Rambut Gimbal", https://travel.kompas.com/read/2014/10/04/084500227/Asal.Muasal.Legenda.Rambut.Gimbal.
Komentar
Posting Komentar